Rabu, 16 Februari 2011

Membaca Versus Menonton

Mengapa anda menunggu ?. Kalaupun harus menunggu pergunakanlah waktu itu untuk membaca. Itulah petuah bijak yang pernah aku dapatkan entah dari mana asalnya. Pokoknya diterima aja he he he.

Banyak cerita atau obrolan yang bisa dibicarakan dari baca membaca ini, seperti temanku waktu SMP yang selalu mengantongi cerita bersambung Kho Ping Ho dan membacanya diselah-selah mengikuti pelajaran. Sebagian besar temanku mengatakan bahwa membaca stensilan jauh lebih seru dari menonton film orang dewasa. Apa stensilan masih ada ? Woiiiiiiiiiii

Seorang Ibu di Bandung mengirim surat ke Kick Andy saking bahagianya karena menemukan anaknya pecandu berat/narkoba di dalam kamar sedang menangis meraung-raung dan minta-minta ampun kepada orang tuanya.

Apa yang membuat anaknya menangis ?. Ternyata si anak baru saja membaca Novel Trilogi Laskar Pelangi. Anak itu saat ini sudah terbebas dari kecanduan narkoba dan telah menyelesaikan pendidikannya. Silahkan anda klik youtube dengan kata kunci Kick Andy kalau mau buktikan he he he.Andrea Hirata penulis Laskar Pelangi berpikir seribu kali saat Riri Riza dan Mira Lesmana meminta izin untuk mengangkat Laskar Pelangi ke layar lebar. Saya khawatir pembaca Laskar Pelangi akan kecewa bila Novel ini dibuat Film. Masing-masing pembaca sudah mempunyai film sendiri dalam imajinasi mereka, demikian alasan Andrea. Keraguan Andrea itulah yang membuat Riri dan Mira merasakan tertantang. Aku akan buktikan bahwa anda tidak akan kecewa dalam hati Riri dan Mira.

Walaupun film Laskar Pelangi memecahkan rekor jumlah penonton, namun umumnya para pembaca Novelnya memberikan komentar “Jauh lebih asyik membaca Novel dibandingkan menonton filmnya”

Kebiasaan membaca menjadi tolok ukur dari kemajuan suatu bangsa. itu yang aku dengar dalam dialog di salah satu stasiun TV sewaktu Mendagri Gamawan Fauzi membicarakan tentang calon Kepala Daerah yang harus melalui seleksi terlebih dahulu. Kita belum bisa menyerahkan sepenuhnya kepada rakyat untuk memilih Kepala Daerah karena hanya 15% dari penduduk Indonesia yang membaca Koran. Berbeda dengan Negara maju (Amerika) dimana jumlah Koran yang beredar lebih banyak dari pada jumlah penduduknya.

Bagaimana dengan menonton ?. Menonton memerlukan pengorbanan yang begitu banyak : waktu, biaya dan tidak bisa dilakukan dimanapun, sedangkan membaca sangat murah, bukunya bisa dipinjam dan bisa dibaca dimanapun. Di toilet juga asyik he he he.

Kekurangan dari menonton antara lain karena anda sudah dicecoki keinginan sang producer tanpa bisa merenungkan baik buruknya. Makanya menonton sesuatu yang tidak mendidik sangat dilarang buat anak kecil. Khawatir dicontoh mentah-mentah.

Kalau memang begitu, mengapa tidak membaca dari sekarang ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar