Rabu, 16 Februari 2011

Belajar Sampai ke Negeri China (Bag II)

Kemajuan ekonomi China yang saat ini menjadi negara terkaya dengan cadangan devisa hingga US$ 2,27 triliun pada akhir September 2009, naik 19,26% dibandingkan tahun lalu dan dua kali lipat dari Cadangan Devisa Jepang membuat semua mata terbelalak karena kemajuan ekonomi China tersebut dicapai dalam kurun waktu yang relatip singkat.

Amerika yang dikenal dengan Negara Super Power ampun-ampunan dengan kemajuan ekonomi China tersebut karena Defisit perdagangan Amerika dengan China tahun 2009 mencapai US$ 375 miliar, walapun turun dari US$ 699 miliar tahun 2008. AS menuduh China dengan sengaja merendahkan nilai mata uangnya (RMB) sehingga harga produk China menjadi lebih murah. Karena persoalan ini begitu serius Parlemen Amerika Serikat, Rabu (29/7), meluluskan rancangan pembentukan komisi biparti khusus yang bertugas merekomendasikan solusi mengurangi defisit ini (vibizdaily.com)


Untuk melihat penyebab kemajuan ekonomi China tersebut penulis mencoba melihat dari kacamata orang awam (sederhana) baik dari hasil klik-klik di Internet maupun dari obrolan dengan teman-teman maupun pengusaha.


1. Komitmen Pemberantasan Korupsi. Berikan saya 100 peti untuk koruptor dan satu untuk saya, kata Zhu Rongji PM China periode 1998-2003 atas komitmentnya memberantas Korupsi.

2. Jumlah Tenaga Kerja berbanding terbalik dengan kewajiban Pajak, semakin banyak jumlah tenaga kerja maka semakin kecil persentase pajak yang akan dibayar. Kebijakan ini membuat pengangguran semakin kecil karena lebih baik menambah tenaga kerja dari pada menambah pajak.

3. Harga pokok yang konstan. Beberapa keluhan dari pengusaha Indonesia antara lain Harga Pokok yang tidak bisa diprediksi karena semua harga bergantung kepada pasar, seperti contoh harga BBM dan TDL yang bisa naik seketika. Akibatnya pengusaha tidak berani menandatangani Kontrak jangka panjang dengan harga jual yang tetap dan pada akhirnya si Pembeli produk Indonesia mudah berpaling ke Negara lain.

Konon kabarnya, harga BBM dan TDL serta harga fasilitas umum di China ditetapkan oleh Pemerintah dalam kurun waktu satu tahun sehingga terdapat kepastian Harga Pokok dan mudah menetapkan harga jualnya. Selisih harga yang telah ditetapkan dengan harga pasar (untung/rugi) merupakan tanggung jawab Pemerintah.

4. Insentip kepada Eksportir : Kalau yang ini nggak perlu penjelasan ya!

5. Dukungan dari Rantau. Pemerintah China sadar betul bahwa 55 juta China perantauan (Hoa Kiau) dengan kekayaan mencapai US$ 2 triliun yang mengusai ekonomi Asean, Amerika dan Eropa perlu dibujuk agar bersedia membangun kampong halamannya.

Gayungpun bersambut, karena orang China secara kultur membangun bisnis dengan memelihara hubungan jalinan-menjalin (net-work) yang disebut guangxi atas dasar hubungan etnik yang berputar pada hubungan keluarga, teman atau ikatan tanah kelahiran, maka berbondong-bongdonglah Hoa Kiau balik kampong membangun : Pusat perkantoran dan pertokoan, Fasilitas pendidikan, Pabrik computer, Perakitan alat-alat komunikasi modern dan lain-lain (Sumber : Sembilan Fenomina Bisnis by Rhenald Kasali).

Mungkin Pemerintah China meniru himbauan mantan Presiden Soeharto tentang Gebu Minang yang meminta perantau untuk membangun kampung halamannya he he he

Bisakah kita meniru paling tidak sebagian kecil kebijakan pemerintah China ?
Jatiwaringin, 09 Agustus 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar