Rabu, 23 Februari 2011

Beberapa Catatan Menonton di Senayan

Menjual karcis kepada tukang catut dan ketahuan Office Boy. Maluuuuuuuuuuu

Pertama kali aku memasuki Stadion Utama Senayan tahun 1979 menonton pembukaan Sea Games, diajak oleh Saudara yang sudah lama tinggal di Jakarta. Waktu itu aku nggak punya karcis namun pingin nonton, maklum baru datang dari kampong. Agar bisa masuk, adikku (cewek) merayu penjaga karcis supaya karcis tidak disobek dengan alasan untuk koleksi. Setelah dia sampai di dalam karcis kuambil dan akhirnya bisa masuk. Ada-ada aja he he he

Sampai di dalam Stadion, aku takjub melihat Stadion yang begitu besar dan megah, walaupun tidak dapat tempat duduk saking penuhnya. Rudy Hartono dan Sprinter putri (siapa ya ?) dengan anggunnya menyalahkan obor Sea Games. Pengalaman pertama ini membuat aku selalu ingin menonton setiap ada pertandingan. Dibawah ini aku menulis pengalaman yang cukup menarik (ini versi ku lho!). Untuk anda yang sering menonton di Stadion Utama aku harap “sesama bis kota jangan saling mendahului”. Silahkan kasih komen atau penjelasan tambahan setelah selesai kutulis. Maksa ni yee…

Iran vs PSSI Garuda : Piala Asia.

Era 80an, aku yakin penggila bola pasti mengenal PSSI Garuda yang hampir menjajal piala Dunia 1986 di Meksiko, sayang kalah lawan Korsel dibabak penyisihan. Aku kira sampai saat ini belum ada tim PSSI yang bisa menyamai Garuda ini. Hal yang menarik dari pertandingan ini adalah sewaktu kedua Kapten bertukar cendra mata. Kapten Iran mengangkat dan menunjukan kepada penonton foto Ayatollah Khomeini yang cukup besar (garis tengah satu meter) sebelum diserahkan. Waktu itu Ayatollah Khomeini sang tokoh Revolusi yang bermukim di Paris baru saja menggulingkan Raja Iran Shah Mohammed Reza Pahlevi. Sejak itu sampai sekarang Iran berubah menjadi Republik.

Persib vs Petrokimia Putra

Kalau nggak keliru ini pertandingan final Galatama. Jakarta membiru oleh supporter Persib. Aku ngajak Saudara yang nggak pernah nonton bola. Kataku, kau nggak usah nonton bola, liat suasana aja, bujukku. Sampai di Stadion karcis habis. Seorang preman nawarin masuk tanpa karcis asal dibayar, kami ikut dari belakangnya melewati barisan penjaga kurang lebih 10 orang kiri kanan. Luar biasa ya!

Dalam Stadion yang membiru kami berdiri saking penuhnya dan berteriak menjagokan Persib karena disekeliling kami penonton Persib. Bisa-bisa kena tonjok kalau jagoin Pertrokimia. Cari aman he he he

Pertandingan ini dimenangkan oleh Persib, Kalau Persib kalah, panitia takut Stadion di bakar oleh pendukung Persib. Begitu komentar sebagian besar penonton. Bisa-bisa aja…

Perang Bintang : Timur vs Barat

Ini pertandingan amal yang diselenggarakan setelah Kompetesi berakhir. Karcis diundi untuk menentukan penonton yang berhak menendang penalty sebelum pertandingan dimulai. Kalau gol hadiahnya mobil Daihatsu, sedangkan bila kiper dapat menahan hanya dapat Rp 1 juta. Yang beruntung jadi penendang adalah seorang penjual bubur. Sebelum nendang, dia salto dan berlari keliling lapangan tanpa alas kaki. Penendang ini diberikan kursus kilat oleh Dede Sulaiman, mantan Striker yang terkenal licik. Penonton bersorak-sorai dan berteriak, lepasin ajaaaaa, ntar mobilnya dibagi dua ha ha Ternyata memang gol dan keesokan harinya, foto sipenjual bubur dan mobilnya jadi Head Line di Surat Kabar

PSSI VS Singapore. Piala Tiger

Sebelumnya aku nonton PSSI yang kalah lawan Malaysia. Penonton lemas karena kecewa dan aku bersumpah nggak mau nonton lagi. Ternyata, saat tandang di Malaysia PSSI justru menang telak dan masuk semifinal lawan Singapore. Berkaca dari kemenangan di Malaysia, stadion merah menyalah dengan jumlah penonton lebih dari 100 ribu, dengan harapan PSSI menang. Apa nyana ! PSSI kalah, dan aku pulang dengan langkah gontai. Kecewa dech……..PSSI payah…………

Menjual Karcis, kelakuan yang memalukan.

Karena seringnya menonton, aku jadi hapal beberapa tabiat atau kelakuan penonton di Stadion Utama antara lain: ada saja orang yang mendatangi kita untuk membeli karcis yang tidak disobek, tentunya dengan harga yang lebih murah. Dalam satu kesempatan, kebetulan tempatku bekerja menjadi sponsor utama Liga Indonesia. Kantorku membagi-bagikan karcis kepada pegawai yang ingin menonton. Dasar nggak mau rugi, teman yang tidak suka nonton ikut-ikutan dapat karcis. Karena karcisnya nggak dipakai, aku minta dan terkumpul kurang lebih sepuluh lembar. Temanku yang ikut menonton heran melihat perangaiku. Ngapain kamu kumpulkan karcis begitu banyak ?, toh yang diperlukan cukup satu, begitu komentarnya. Ntar kamu liat aja, begitu jawabku.

Begitu kami memasuki Komplek Senayan, tepatnya disamping hotel Hilton, kami sudah dicegat oleh beberapa tukang catut menawarkan karcis. Aku bilang, Bang !, kami sudah punya karcis dan masih banyak tersisah sambil aku perlihatkan. Si tukang catut menawar untuk membeli dengan discount 50% dan terjadilah transaksi. Sewaktu kami menerima uang, dibelakang kami ada dua orang Office Boy yang memperhatikan. Ketahuan belangnya he he he….Uang kami serahkan kepada Office Boy itu. Ini buat beli tahu goreng ha ha ha.

Malu aku maluuuuuuuuuuuuu………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar