Rabu, 16 Februari 2011

Tahan Dulu, Jangan Beli Dollar

Pertama-tama kami mohon maaf karena kemaren menulis “Waktunya Memborong
Dollar”.

Anjuran/prediksi itu karena penulis melihat belum ada dasar yang kuat
penyebab naiknya rupiah.

Membaca berita hari ini dan mendengar dari sumber yang dapat dipercaya,
kenaikan rupiah memang membawa malapetaka bagi eksportir, sehingga suara
dari asosiasi mebel yang mengeluhkan akibat apresiasi rupiah ditanggapi oleh
Gubernur BI Darwin Nasution bahwa rupiah pada level Rp 9.000 adalah wajar.
Pernyataan Darwin Nasution itu menunjukan bahwa Bank Sentral tidak akan
terjun ke pasar menahan lajunya penguatan rupiah karena bisa-bisa cadangan
devisa jebol saking arus modal dari luar cukup kuat.

Bila dihubungkan dengan kondisi hutang Luar Negeri Indonesia yang
menggembirakan, dimana tahun ini ratio hutang terhadap PDB menunjukan angka
paling rendah (26%) dibandingkan periode sebelumnya. Disamping itu ekonomi
di kawasan Amerika dan Eropa saat ini tidak menggembirakan serta tingkat
bunga disana sangat kecil (0,89%). Itulah kira-kira yang membuat rupiah
menjadi kuat.

Kondisi di atas membuat Investor mencari tempat yang subur untuk
menternakkan uangnya. Membaca harian kemaren, investor dari luar membeli
rupiah dalam bentuk SBN (Surat Berharga Negara) dalam jumlah yang cukup
besar. Hukum supply dan demand yaitu permintaan rupiah yang cukup banyak
inilah yang membuat rupiah menjadi naik (apresiasi rupiah).

Kepala Biro Hubungan Masyarakat Bank Indonesia Difi A. Djohansyah menyampaikan posisi asing di SBI hingga 6 Agustus 2010 sebesar Rp54,71 triliun, naik Rp 12 triliun dibandingkan dengan pekan sebelumnya
Untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak, disamping telah mendapatkan
bunga dari pembelian SBN, tentunya investor asing itu menginginkan
keuntungan yang lebih banyak lagi dengan cara agar rupiah menjadi lebih
kuat.

Secara matematis, perhitungan investor dengan ilustrasi sbb:
Beli rupiah dalam bentuk SBN dengan dana berasal dari US $ 10 juta kurs Rp
9.000 = Rp. 90 milyar.

Disaat SBN jatuh tempo, uang rupiah (SBN) milik investor tadi ditambah bunga
(umpamakan Rp. 92 milyar) akan dibelikan US $. Untuk mendapatkan US $ yang
lebih banyak, tentunya harga US $ lebih murah atau rupiah menguat menjadi
lebih kecil dari Rp 9.000. Akhirnya investor tadi akan mendapatkan US $
lebih dari US $ 10 juta. (Rp 92 milyar/ > Rp 9.000). Inilah kira-kira analisa
sederhana mengapa rupiah akan menguat (apresiasi).
Catatan : Pendapat pribadi penulis.
Batam, 14 Agustus 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar