Rabu, 16 Februari 2011

Waktunya Memborong Dollar/Time to Buy

Rencana Bank Indonesia menyederhanakan nilai tukar yang disebut Redenominasi telah memicu polemik. “Redenominasi belum perlu dilakukan karena tidak mengubah fundamental ekonomi nasional. Bank Central lebih baik focus kepada upaya menurunkan inflasi”. Begitu kata Mirza Adityaswara Kepala Ekonom Bank Mandiri.

Entah karena takut terkena Redenominasi atau entah karena fundamental ekonomi yang membaik, Rupiah yang tadinya bertengger pada angka 9.700 – 9.500 mulai merangkak naik pada kisaran dibawah Rp. 9.000,- per US$, kemaren ditutup Rp 8.953,-

Menguatnya Rupiah itu membuat sebagian kita jadi bingung, karena baru saja pemerintah menaikkan TDL yang dapat memicu kenaikan inflasi dan kenaikan inflasi akan dicerminkan oleh Rupiah yang melemah. Nyatanya Rupiah justru menguat. Ini fenomina apa ?

Rupiah menguat adalah malapetaka bagi eksportir karena penerimaan hasil ekspor pada umumnya dalam valuta US$ akan membuat penerimaan dalam Rupiah menjadi lebih kecil, sedangkan sebagian besar biaya dibayar dalam Rupiah. Korban atas menguatnya nilai rupiah ini sudah mulai berjatuhan antara lain pada sector Industri mebel yang mengalami gagal order US $ 100 juta, disusul PHK di Jepara, Cirebon, Sukohardjo dan Jogyakarta yang mencapai 130.000 tenaga kerja.

Penguatan /Apresiasi rupiah bersifat sementara. Menurut Menkeu apresiasi rupiah saat ini berkaitan erat dengan tingkat bunga acuan Bank Indonesia dan laju inflasi, bukan kondisi yang permanent , tetapi fluktuatif dan diyakini nilai tukar rupiah sepanjang tahun ini akan berada rata-rata pada angka di Rp. 9.000 per dolar AS.

Kalau anda meyakini pernyataan Menkeu berarti saat ini adalah waktunya membeli Dollar.

Jangan ikuti anjuran ini. Risiko ada ditangan anda !

Jatiwaringin, 11 Agustus 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar