Senin, 31 Desember 2018

Jamu Kesehatan.

Bahan.

Bawang Putih
Jahe Emprit (Jahe Merah/Jahe kecil/Jahe Jawa)
Jeruk Lemon
Cuka Apel
Madu

Cara Membuat :

Haluskan Jahe dengan diblender (tambahkan air 2 gelas) kemudian disaring dan ambil air perasannya
Blender Bawang Putih dengan air perasan Jahe. Kemudian campurkan Cuka Apel dan air perasan Jeruk Nipis/Lemon.
Panaskan dg panci non alumunium selama 30 menit.
Setelah dingin, campurkan Madu.
Masukkan ke dalam botol beling/kaca .Simpan dalam kulkas atau alat pendingin.

Khasiat.
Melancarkan peredaran darah dll.

Kami telah membuat Jamu ini secara rutin sejak 10 (sepuluh) tahun yang lalu karena banyak yang memesannya.

Dari pelanggan yang memesan secara berulang menyatakan bahwa mereka berhenti makan obat dokter.

Bila ada yang berminat, dapat menghubungi kami.
Di Bukalapak harganya Rp 700 ribu perbotol.
Kami jauh lebih murah.


Wassalam.
Reflus.
08128337577 dan
0811997577

Minggu, 28 Agustus 2016

Praha "Kota Jam Gadang".


Praha adalah Ibu kota Czech Republic yang terletak ditepi sungai Vitava, merupakan kota No 15 terbesar di Eropa.


Kami menuju Praha dari Vienna naik Taxi carteran yang dikemudikan oleh Sopir Bule yang ganteng tenann..


Kalau di kampung kita, si Bule ini sudah jadi Bintang Sinetron dengan fans Ibu2 muda dan gadis belia ha ha ha.


Keputusan naik Taxi adalah untuk mengganti suasana karena dua kali perjalanan sebelumnya kami naik KA ( Bcharest ke Budapest dan Budapest ke Vienna). Disamping itu juga, biaya naik Taxi sama dengan naik KA.


Perjalanan naik Taxi melalui jalan Tol hampir sama dengan perjalanan Jakarta - Bandung. Disepanjang jalan banyak Rest Area tempat mengisi bahan bakar dan mengisi perut.


Kami istirahat di Rest Area di wilayah Czech tempat langganan si Sopir. Pemilik warungnya Ibu muda yq cantik dikenalkan kepada kami. Sang sopir menggodanya hingga si Ibu tersenyum malu.

Dalam hati kami berucap " Dasar sopir" ha ha ha.


Untuk pencinta sepakbola, Czech Republic adalah Negaranya Petr Cech kiper

Arsenal si jangkung yang selalu pakai pengaman Kepala.


Setelah menyimpan barang bawaan pada Apartement sederhana di pusat kota, kami jalan-jalan menyusuri kota Praha.


Makanan murah meriah yg biasa kita temui adalah Gerobak dorong menjajahkan Nasi Goreng, Bakso, Pisang/Ubi Goreng dll yang mangkal di trotoar.


Ternyata, di Praha penjajah makanan ini dikoordinir sedemikian rupa menempati halaman Mall di pusat kota.


Gerobaknya berupa Rumah mungil (warung ) terbuat dari papan yang dipernis dg kesan artistik dan enak dipandang. Di depannya terpampang daftar harga makanan sehingga pembeli tidak takut tertipu.


Di kampung kita, cerita tukang palak harga makanan bukan hal baru dan sering beredar di Sosmed yg menjadi trending topic,  bahkan diliput oleh TV dengan mewawancarai beberapa nara sumber.


Jalan - jalan seputar kota Praha ( Old Town Square ) sangat mengasyikan. Bangunan-bangunan tua yang artistik dan terawat dengan baik, semua bangunan tua sudah menjadi warisan dunia, tidak boleh berubah bentuk.


Semua gedung tua, menaranya selalu tertempel Jam Gadang, jauh lebih gadang (besar) dibandingkan Jam Gadang di Bukittinggi.

Sudah pernah ke Bukittinggi nan rancak ?.

Sebelum ke Praha ke Bukittinggi dulu yaaaa...(promosi) he he he.


Setelah menyusuri kota tua kami bergeser ke tepi Sungai Vitava yang bersih dan jernih, hampir mirip Sungai Danube di Budapest.


Pada sungai Vitava membentang jembatan "Charles Bridge " yg dibangun tahun 1357 di zaman King Charles IV.


Charles Bridge lebih bagus dan lebih astistik dibanding jembatan Chain Bridge di Budapest. Kesamaannya, dipanjang jembatan banyak pedagang dan pengamen.


Hal yang unik dan menjadi kepercayaan pasangan yang sedang dimabuk cinta adalah menyangkutkan kunci gembok ditulisi nama masing2 pada dinding jembatan ( lihat foto ) agar hubungan mereka menjadi langgeng.


Pada hari kedua, kami meneruskan perjalanan ke Prague Castle. Castle terbesar di dunia menurut Geunees Book of Records di areal seluas 70.000 M2. Semacam komplek yang terdiri dari beberapa bangunan. Kaki bisa gempor menyusuri luasnya komplek ini.


Prague Castle mulai dibangun tahun 870, terletak di atas bukit seberang kota Praha melalui Charles Bridge.


Untuk mendapatkan Prague Castle, kami naik Bus memanfaatkan tiket harian yang kami beli sebelumnya. Harga tiket angkutan umum ( Metro, Tram dan Bus ) untuk 24 jam adalah sebesar Crown 110 setara dg Rp  62.000,-


Crown adalah mata uang Czech yg berlaku sebagai alat tukar, bukan Euro seperti dikota Vienna.


Setelah turun Bus, kita jalan kaki mendaki sepanjang hampir 500 M untuk sampai di Prague Castle.


Masuk komplek Prague Castle ini tanpa bayar alias gratis tis tis

......

Rabu, 01 Mei 2013

Kelirumologi Menimpa Kompas

Kelirumologi juga didefinisikan oleh ”Jaya Suprana” sebagai kebenaran yang berasal dari kekeliruan, artinya, kalau semua orang menerima yang keliru, maka yang keliru itu menjadi benar.

Kompas, Surat Kabar yang terbit sejak 28 Juni 1965 dengan semboyan “AMANAT HATI NURANI RAKYAT” , nenek moyang beberapa media di Indonesia ( termasuk KOMPASIANA, bayi mungil nan montok, sehat dan ceriwis),  keliatannya sudah mulus putus asa dan keluar dari pakemnya.  Bisa jadi karena Kompas bingung menjawab : RAKYAT YANG MANA?. Mencontoh Pertanyaan yang merupakan Jawaban pihak yang menjadi sasaran demontran ha haha.

Kunjungan Mendagri ke Redaksi Kompas hari Rabu tanggal 21/7.2010 yang merupakan curhat Mendagri atas sistem Pilkada yang sedang diterapkan, dilaporkan Kompas dalam rubrick HUKUM & POLITIK, dengan judul seadanya. Menurut hemat penulis hasil kunjungan itu seharusnya ditempatkan dalam rubrik BISNIS & KEUANGAN karena yang dibahas oleh Mendagri hitung dagang dengan tujuan utamanya adalah Laba/Keuntungan. Gaji Gubernur sebesar Rp 8,7 juta perbulan bila dihubungkan dengan biaya kampanye sebesar Rp 15 miliar, kapan modal bisa kembali ??????. Inilah kemungkinan besar membuat pemerintahan yang bersih dan berwibawah sulit diterapkan.

Kalkulasi yang dikemukakan sangat sederhana, sama dengan kalkulasi Pedagang di Tanah Abang sehingga bisa dipahami oleh anak SD yang baru belajar berhitung, tidak perlu pakai kalkulator, tidak minta bantuan Microsoft Office Excel dan tidak ada sampling error he he he.

Kekeliruan lainnya yang cukup menggelitik adalah kesimpulan dari hasil pertemuan yaitu “Kemesraan Cepat Berlalu”, cuplikan lirik  lagu Kemesraan. Ini terjadi karena perbedaan kepentingan antara Kepala Daerah yang harus menutupi biaya kampenye begitu besar  dengan keingianan rakyatnya, sehingga Rumusnya menjadi:
Politik & Hukum  X Bisnis & Keuangan = Seni.
Kembali kepada penempatan laporan hasil pertemuan yang keliru, sedangkan yang dikemukakan Mendagri adalah pemecahan masalah dengan hitung-hitungan (Ilmu Pasti) yang tidak bisa diperdebatkan, membuat pembaca matanya terbelalak dengan sejuta pertanyaan. Ternyata begini toch ?
Ilustrasi/Admin
Ilustrasi/Admin
Untuk menjawab sejuta pertanyaan diatas dan menindaklanjuti hasil kunjungan Mendagri tersebut, dua hari berturut-turut (Jumat dan Sabtu) Head Line Kompas adalah “Paradoks Biaya Politik Mahal” dan “Biaya Pilkada Rp 15 Trilyun” dilengkapi dengan beberapa artikel antara lain : TAJUK RENCANA “Terjebak Politik Dagang” dan OPINI “Anomali Pilkada”
Walaupun menjadi Head Line, sasaran tembak pemberitaan yaitu Koruptor, meraka dengan prinsipnya ” Walapun anjing menggonggong, kafila tetap berlalu”, membuat Kompas kembali putus asa.  Berita ”Indek Korupsi Indonesia tetap juara satu”,  di muat sebelah kiri atas, halaman kiri pula, artinya sama dengan berita sambil lalu karena halaman kiri lebih sedikit dilirik dibandingkan halaman kanan. Itu kata si pemasang iklan.
Begitu juga dengan berita Gubernur Sumut yang menginap di Hotel Prodea dan dijenguk oleh petinggi Partai,  juga diberitakan ala kadarnya. Padahal sangkaan KPK Gubernur itu terlibat Korupsi. Mengapa Kompas demikian ?, menganggap Korupsi tidak perlu dibasmi ?
Pemuatan berita-berita di atas, mungkin juga disengaja oleh Kompas agar lebih mendapat perhatian atau karena Kompas sudah terpengaruh oleh sebuah buku berwarna hitam yang berjudul Naskah-Naskah KOMPAS oleh Jaya Suprana sebanyak 69 judul,  yang dimuat Kompas sejak tahun 1983 s/d 2009. Isi dari naskah-naskah tersebut adalah paham ‘kelirumologi” yaitu pemecahan persoalan secara keliru tapi hasilnya manjur.
Kelirumologi juga didefinisikan oleh ”Jaya Suprana” sebagai kebenaran yang berasal dari kekeliruan, artinya, kalau semua orang menerima yang keliru, maka yang keliru itu menjadi benar.
Rumus matematikanya:
Kelirumologi  (Negatif) X Kelirumologi (Negatif) = Positif
Apakah demikian juga dengan Korupsi ? Kalau sebagian besar orang Korupsi maka Korupsi menjadi benar atau syah ?
Apakah anda termasuk golongan orang keliru ?. Sudah barang tentu Ya !
Karena anda telah membaca tulisan yang isinya keliru, keliru dan keliru he he he

Minggu, 28 April 2013

Arifin Panigoro, Bos Medco Setengah Malaikat ?

Keuntungan dari akuisisi Novus, perusahaan minyak asal Australia sekitarRp 192 triliun dan dari pembelian Stanvac sebesar Rp 54 Triliun?
Arifin Panigoro, kelahiran Bandung 14 Maret 1945, mahir merobek sehelai
cita atau kain tenun dari kapas secara rapi hanya dengan tangan kosong
saat membantu Bapaknya berjualan di toko Jalan Braga Bandung. Rasa
Percaya diri (PD) dalam berbisnis terkait dengan aktivitas olah raga
basket, karate dan terjun payung yang menjadi hobbynya.
Prinsip-prinsipnya dalam membesarkan Medco sangat sederhana anta lain:
1. Pantang ambil Rezeki Orang lain
Sewaktu mengikuti tender untuk menjadi mitra local perusahaan
asing, ternyata sudah masuk duluan proposal dari perusahaan lain,
sebetulnya pingin mudur, namun penawaran terlanjur masuk dan dinyatakan
menang karena Perusahaan Asing itu lebih mengenal sosok AP. Karena nggak
enak hati dan tanpa sepegetahuan pihak Asing tersebut, akhirnya AP
joint dengan penawar pertama dan 100% keuntungan untuk penawar pertama
tadi. Sang mitra terkaget-kaget, benarkan ?. Yess…..Jawabnya.
2. Moral is number one.
Membangun Kepercayaan dengan kejujuran : Jujur itu abadi, makna
dari pepatah Belanda “eerlijk duurt’t langst. Prinsip yang harus
dijalankan dalam berbisnis.
3. Merintis Binis Baru
a. Nilai Asset milik Stanvac (Mobil Oil dan Exxon Mobil) atas
sebuah ladang minyak di perut bumi Sumatera Selatan sebesar US$ 60 juta,
mala dibeli seharga US$ 85 juta dengan kalkulasi titik pulang pokok
(BEP) jika minyak yang muncrat 10 juta barel, ternyata kandungan
terbuktinya sebesar 200 juta barel. Untungnya ?. Menurut hitunganku US$
6 miliar atau Rp 54 triliun yaitu : Harga jual minyak mentah (US$ 60
perbarel ) - Biaya pengeboran (US$ 30 per barel) X 200 juta. Kurs
Rp/US$/Rp 9.000
b. Eksecutif perusahaan dimana dulunya Medco menjadi
kontraktor terkejut dan setengah tak percaya melihat Medco mengikuti
tender dan menang dalam pembelian (mengakuisisi) seluruh saham Novus,
perusahaan minyak asal Australia yang memiliki daerah operasi 26 blok di
tujuh Negara : Indonesia (blok Kakap dan Brantas), Ausralia, Amerika
Serikat, Oman, Uni Emirat Arab, Pakistan dan Filipina . Cadangan minyak
terbukti (hasil penelitian yang dianggap pasti) sebelumnya 139 juta
barel meningkat menjadi 209,9 juta. Total cadangan yang terbukti maupun
yang terduga melonjak menjadi 851,7 juta barel. Berapa untungnya ?.
Hampir Rp 192 triliun. Wowwwwww
4. Banyak kawan,
Sejuta kawan masih kurang, satu musuh kebanyakan. Mencari teman
lebih susah dari pada mencari musuh, begitu prinsip hidupnya.
5. Net Working dan Trust :
Setelah jatuhnya Presiden Soeharto, AP aktif di Partai Demokrasi
Perjuangan (PDIP), sudah pasti AP sangat dekat dengan Presiden Megawati,
di depan para manajer Medco saya katakan “it,s our time now”, siapa
nyana, serta merta mereka menolaknya dengan keras. Tidak ada KKN
Bung…kira-kira begitu kata para Managernya. Nah lho !
6. Tunaikan Kewajiban, Hadapi Persoalan, Tak mau ngemplang.
Medco pernah menghadapi persoalan hutang untuk mengongkosi
akusisi ladang minyak Mangistaumunaigaz di Kazakhstan, Negara pecahan
Rusia. Ini terjadi karena krisis dan harga minyak jatuh di bawah US $ 10
per barel.
Dalam proses restrukturasasi Hutang, terdapat kejadian unik saat
membahas utang dengan Credit Suisse First Boston (CSFB) yang dipimpin
David Matlin, Director for Debt Distress Market. Perundingan yg mestinya
empat hari selesai dimeja makan malam itu juga. “If you need the check
of US$ 270 million, I will give it to you now”, kata David Matlin.
Keberhasilan Arifin membeli kembali saham dari tangan orang lain pada
2006 dibahas dengan detail oleh Harvard Business School dan disimpulkan
bahwa itu terjadi bukan hanya karena kegigihan keluarga Arifin
Panigoro, tapi karena kepercayaan kalangan investor kelas dunia terhadap
perusahaan swasta dari Indonesia yang keluar dari krisis.
Pebruari 2008, AP berbicara di depan mahasiswa Harvard Business School
tentang study kasus “Entrepreneuship and Family Business”. Pembahasan
kasus keberhasilan suatu perusahaan di Harvard ini sering terjadi, tapi
baru kali ini disampaikan langsung oleh pemiliknya dan barang kali dari
Indonesia baru AP yang ngomong disini.
Sebagai rasa tanggung jawab social dan menyontek prinsip bantuan usaha
kecil Muhammad Yunus Direktur Grameen Bank, Banglades, Medco bekerjasama
dengan Pemda Merauke, disebut “Merauke Integrated Food and Energy Estate
(MIFEE) dengan tujuan mengusung potensi Kabupaten Merauke untuk menjadi
lumbung pangan dan Enegy secara terintegrasi. Potensi komoditas yang
bisa tumbuh terdiri dari : padi, jagung, kedelai, tebu, sorghum dan
tanaman pangan lainnya. Proyek ini melibatkan masyarakat local dengan
mengakui hak ulayat dan menjadikan masyarakat sebagai shareholder
Sumber : BERBISNIS ITU (tidak) MUDAH
Dalam kurun waktu tak lebih dari 2 jam, aku tak berkedip membaca sebuah
buku “Pengalaman dan Pemikiran Arifin Panigoro”, Boss Medco Energy,
sebuah perusahaan Pribumi yang bergerak dalam bidang minyak dan gas,
wilayah operasinya telah merambah seluruh benua di dunia ini : Amerika,
Eropa, Australia, Africa dan tentu saja Asia.
Membaca buku ini tak ubahnya seperti sedang menonton pertujukan Srimulat
dan Orkestra Simfoni, buku ini bercerita tentang kiat-kiat sukses Arifin
Panigoro/AP, yang ditulis dengan bahasa yang sangat membumi dan jenaka
seperti Srimulat dengan celetuk-celetukannya membuat aku
tersenyum-senyum.
Di ujung tulisan tak ubahnya sebuah Orkes Simfoni dengan satu dua
ketukan Piano, aku terbawah emosi, hanyut, hening dan berdoa semoga niat
dan langkah-langkah yang telah diambil beliau ikut berkontribusi kepada
rakyat kecil sekaligus mengatasi krisis Energi, Swasembada Pangan dan
Lingkungan dengan mendirikan pertanian terpadu di Merauke diatas lahan
seluas 4,5 juta hektar.
Semoga mendapat ridho dari Allah Swt. Aminnnn

Rabu, 17 April 2013

Jepang Gelontorkan Rp 500 Triliun Tuk Infrastruktur

Jepang yang pernah menjajah Negara kita berjanji akan menggelontorkan sebesar USD 52,9 miliar atau sekitar Rp 500 triliun untuk membangun infrastruktur

Banjir duit yang mengalir ke Indonesia sekitar US$ 12 miliar selama tahun 2010 telah memusingkan Gubernur BI karena banjir itu membuat Rupiah jadi menguat (apresiasi), sedangkan apresiasi rupiah musibah bagi ekspotir sebab Produknya menjadi lebih mahal.

Aliran duit dari luar (Modal Asing) sebenarnya patut disyukuri karena mereka percaya dengan kondisi ekonomi Indonesia yang telah masuk dalam “Investment Grade” (Negara dengan risiko Investasi rendah) sehingga duitnya akan beranak dan kembali dengan aman, masalahnya karena jumlahnya sudah terlalu banyak dan hanya bersifat sementara yaitu ditanamkan dalam pasar uang seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), mereka bisa kabur sesukanya. Istilah kerennya adalah Hot Money (Uang Panas), sama dengan sifat api, kecil bermanfaat dan bila tak bisa dikelola bisa hangus terbakar.

Apresiasi Rupiah sebenarnya bukan prestasi yang membanggakan karena penyebab utamanya adalah US$ yang melemah sejalan kondisi ekonomi Amerika yang lagi tak menentu. Kalau dibandingkan dengan apresiasi mata uang di kawasan regional, apresiasi rupiah hanya sekitar 5,01%, lebih kecil dari Thailand sebesar 7% dan ringgit Malaysia sebesar 8%. Jadi kekhawatiran apresiasi rupiah mengancam produk eksport kurang beralasan. Gitu aja kok repot…….

Untuk menjaga rupiah tetap stabil, BI termasuk satu dari enam bank sentral di Asia yang agresif melakukan intervensi menjaga Rupiah dan mengakibatkan biaya operasional BI meningkat sebesar Rp 26 triliun. Hal itu dilakukan karena sebagian besar Negara dengan sengaja melemahkan mata uangnya (perang kurs). Perang kurs ini tak lain tujuannya adalah agar produknya menjadi lebih murah guna mendongkerak ekspor.

Biaya operasional BI yang meningkat sebesar Rp 26 triliun disebabkan BI harus membayar bunga SBI sebesar 6,50% pertahun sedangkan uang dari SBI dibelikan Valuta Asing untuk membuat keseimbangan supply dan demand menjaga rupiah tidak terbang tinggi. Duit BI dalam Valuta Asing itu hasilnya sangat tidak memadai karena hanya dapat imbalan kurang dari 1% setahunnya.


Untuk menjaga stabilitas perekonomian secara Global, Negara-negara yang tergabung dalam G-20, dimana Indonesia salah satu anggota dari kawasan Asia Tenggara, telah sepakat akan mengakhiri “Perang Kurs”, namun timbul lagi masalah baru yaitu ramai-ramai menurunkan suku bunga. Ada-ada aja, pencet disini, gelembung disana ha ha ha.

Kalau kita amati kondisi diatas, ini berawal dari aliran Modal Asing yang masuk dalam pasar keuangan, idealnya Modal Asing tersebut mengalir ke sector riil sehingga akan tercipta kesimbangan antara jumlah barang dengan jumlah uang yang beredar. Kok nggak gitu ?. Salah satunya karena sector riil tidak didukung oleh Infrastruktur yang memadai (ekonomi biaya tinggi).


Masalah minimnya Infrastruktur ini mudah-mudahan bisa diatasi. Hasil pertemuan antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang menginformasikan bahwa Jepang yang pernah menjajah Negara kita berjanji akan menggelontorkan sebesar USD 52,9 miliar atau sekitar Rp 500 triliun untuk membangun infrastruktur berupaPelabuhan, Jalan, Jalur KA, Kelistrikan sepanjang Pesisir Timur Sumatra (East Sumatra-ES) hingga Barat Laut Jawa (North West Java-NWJ) yaitu Medan, Pekanbaru, Jambi, Palembang, Lampung, Serang, Jakarta.

Senin, 15 April 2013

Malaikat Jadi Pengamen Di Surabaya

Surabaya adalah kota nomor dua terbesar di Indonesia setelah Jakarta yang berdiri sejak tahun 1293 dengan penduduk +/- 3 juta orang. Dikenal dengan julukan Kota Pahlawan dan identik dengan Bonek (Bondo Nekad).

Saking nekadnya, aku pernah dapat kiriman foto Bonek berbaju hijau bergelantungan di pesawat agar dapat menonton tim kesayangannya “Persebaya” yang main diluar kandang. Masyarakat Surabaya terkenal dengan spontanitas dan kehangatannya dalam pergaulan, anda bisa terkaget-kaget mendengar ucapan mereka dengan logat Suroboyoan yang kental seperti orang lagi berantem karena bila ketemu teman mereka saling bertegur sapa dengan ucapan kata-kata jorok nan melambangkan keakraban.

Beda dengan daerah lain yang penuh tata krama, sambil membungkukkan badan dan suara hampir tak terdengar yang sangat sopan (kromo inggil) “jos pundi kabaripun……..” Yang cukup menarik dan berbeda dengan daerah lain adalah Gubernur Jawa Timur dari doeloe sampai sekarang hanya satu orang. Kalau nggak percaya coba kita tanya kepada PakDe atau BuDe, saking cintanya, mereka taunya bahwa Gubernur Jatim adalah Bapak M. Noer, sedangkan Basofi Sudirman (tak semua laki-laki) dan Gubernur sekarang yang dipilih dua babak seperti sebuah kejuaraan mereka menjawab : beliau bukan Gubernur, tapi pengganti ha ha ha. Kedatanganku ke Surabaya sudah beberapa kali, baik karena urusan keluarga maupun urusan kerjaan dan selalu membawa kesan-kesan yang tak terlupakan seperti : sholat Jumat di Masjid Cheng Hoo pada bangunan yang menyerupai kelenteng (rumah ibadah umat Tri Dharma), wisata kuliner makan “Rawon Setan”, berkunjung ke Museum Sampoerna (House of Sampoerna) yaitu pabrik rokok pertama milik dinasti Sampoerna dengan bangunan berarsitektur Belanda yang dibangun tahun 1862. Dipintu masuk kita disambut oleh bermacam-macam jenis tembakau dengan aroma …….wangi rek… ….. Disini aku bukan akan membahas tempat-tempat yang menarik diatas, tapi adalah salah satu pengalaman yang tak terlupakan, ketika suatu malam perjalananku dari Tunjungan ke rumah kakak di daerah Tandes, Banjar Sugihan melewati jalan Mayjen Sungkono. Aku tersesat masuk komplek perumahan dan setelah mutar-mutar beberapa kali, nggak menemukan jalan keluar. Untuk teman-teman wong Suroboyo, bukan komplek Dolly lho ! ha ha Dalam kebingungan ditengah malam, aku melihat seorang pengamen kira-kira usia SMP sedang ngamen di dalam Komplek tersebut, ku tegur dan kuceritakan tujuanku. Pak!, saya tau daerah yang Bapak maksud, begitu jawabnya. Apa kamu bersedia mengantar dan naik mobil?. Baik Pak, jawabnya. Di dalam mobil sepanjang perjalanan kami bercerita kesana kemari. Singkatnya, aku sampai dirumah kakak berkat bantuan si Adik pengamen tadi. Sesampai di rumah ku ceritakan kepada kemenakanku bahwa dalam mobil aku ditemani seorang pengamen.  Om kok berani ?. Orang tak dikenal kok dinaikan ke mobil ?. Hati-hati lho !. Aku jawab bahwa si Pengamen itu adalah Malaikat yang diutus Allah tuk membantuku. Alhamdulillah…. Dik, terima kasih yang terhingga atas bantuanmu. Semoga tercapai apa yang dicita-citakan. Aminnnn

Lebih Untung Naik Taxi Dibanding Mobil Pribadi

Perhitungan kuantitatif menunjukan bahwa Naik Taxi lebih untung dibanding naik mobil Pribadi. Masalah kemacetan Jakarta tak ubahnya benang kusut yang tak tahu ujung pangkalnya. Saran atau solusi untuk mengatasi kemacetan ini, baik berupa artikel di surat kabar/majalah/tabloid, omong-omong di Radio maupun gambar atau film di TV tak terhitung banyaknya, disampaikan sejak puluhan tahun yang lalu dengan cara sopan maupun sebaliknya. Kerugian akibat kemacetan Jakarta menurut pakar lingkungan Fakultas Tehnik Indonesia Dr Firdaus AlI Msc mencapai Rp 28,1 trilun pertahun. Jumlah itu bisa digunakan untuk membiayai pembangunan Subway yang dicita-citakan. Penyebab kemacetan pada dasar sangat sederhana yaitu “Luas kendaraan melebihi luas jalan yang tersedia dan pertumbuhan jumlah kendaraan lebih tinggi dari jumlah pertumbuhan luas jalan. Pertumbuhan jumlah kendaraan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan tersebut selalu lebih besar dari pada pertumbuhan jalan” Ujung-ujungnya semakin hari semakin macet. Pemakaian kendaraan pribadi adalah terpaksa karena tidak tersedia angkutan massal yang memadai. Mengingat kemacetan ini sudah begitu parah, Presiden SBY menawarkan tiga opsi untuk dikaji: Pertama, membenahi Jakarta, Kedua, Memindahkan Pusat Pemerintahan, tetapi mempertahankan ibu kota di Jakarta, Ketiga, membangun Ibu Kota Baru. (Head Line Kompas Sabtu 4 September 2010 : SOLUSI KEMACETAN JAKARTA) Supaya tidak stress karena tanggapan/reaksi pemerintah yang begitu lamban seperti halte  busway yang sudah robah sebelum digunakan (sudah terlalu lama menganggur), lebih baik berbuat dengan cara tidak menambah kemacetan yaitu naik Taxi setiap hari, karena lebih menguntungkan dan kenyamanan juga bisa diandalkan dibandingkan dengan Mobil Pribadi. Mari kita simak kotak-katik angka dibawah ini. Perhitungan biaya per hari dengan asumsi dibawah ini. AVANZA Harga mobil                                                                                                  140,000,000 Penyusutan 5 tahun                                                                                        28,000,000 Biaya pajak/STNK                                                                                             1,658,000 Biaya bahan bakar 10 liter perhari = 10 x 20 x 12 x Rp 4.500                        10,800,000 Parkir Rp 20.000 per hari = 20 x 12 x Rp 20.000                                              4,800,000 Penggantian Olie Rp 200.000 per Triwulan                                                          800,000 Jumlah pertahun                                                                                             46,058,000 hari kerja per tahun 20 X 12                                                                                       240 Biaya per hari                                                                                                       191,908 Tarif Taxi Rp 6.000 (buka pintu) selanjutnya(Rp.3000 X per KM) 2 x buka pintu    12,000 Biaya per hari diluar buka pintu                                                                           179,908 Jarak tempuh maksimal dari rumah ke kantor pulang pergi perhari  adalah                                                 179.908/3000                                                                                                              60 km Perhitungan di atas membuktikan bahwa sepanjang jarak dari rumah kekantor pulang pergi lebih kecil dari 60 KM, maka pemakaian Taxi lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan memakai mobil Avanza. Jika setuju dengan perhitungan diatas dan berminat pindah ke Taxi, tinggal anda membuat kesepakatan dengan Sopir Taxi untuk menjemput dari rumah/kantor pada waktu yang dikehendaki.  Saya pikir sopir Taxi akan dengan senang hati menerima tawaran dari anda. Catatan : 1. Ini adalah hitungan matematika atau pendekatan kuantitatif. Apabila anda menggabungkan pendekatan kuantitatif dengan kualitatif, hasilnya bisa lebih baik atau bisa lebih jelek. Akan menjadi lebih jelek (tidak pindah ke Taxi) kalau anda menambahkan nilai gengsi yang hilang atas perubahan ini. 2. Tabel diatas adalah perhitungan secara kasar dan hanya untuk mobil Avanza, anda bisa kotak-katik dengan menambah atau mengurangi komponen biaya diatas dan mengganti dengan mobil lainnya sesuai yang diinginkan. 3. Saya pernah menghitung perbandingan naik ojek ke pintu tol dengan membeli sepeda motor sampai ke pintu tol. Hasilnya lebih untung naik ojek. Kurang kerjaan…ini aja dihitung ha ha ha. Mudah2an bermanfaat.   EDIT Laporkan Tanggapi Siapa yang menilai tulisan ini?