Jumat, 02 April 2010

Pasar Bebas ASEAN-China

Ini dengan Bapak Wawan Setiawan (bukan nama sebenarnya) yang di Ciputat kan ? Bukan ! saya Wawan Heriawan (bukan nama sebenarnya) di Bekasi. Maaf Pak, Bapak masuk salah sambung he he he. Pik Trapik, silahkan laporannya. Pendengar sekalian : Sesuai Informasi dari TMC Polda Metro akan ada Demo di Bundaran HI menolak perdagangan Bebas Asean – China. Hindari jalan tersebut, cari alternatip lain. Itulah secuil siaran radio di pagi hari yang menemani perjalananku ke kantor. Tak pikir-pikir, masalah bebas kok diprotes yaa ! Itu keinginan semua orang. Coba anda bayangkan. Guru nggak masuk, wali kelas nggak ada. Weeeeeenak tenannnnn.
Aku jadi ingat omongan Dosen di depan kelas waktu semester awal yang mengatakan bahwa paham ekonomi bebas sudah ada sejak tahun 1776. Dipelopori oleh ekonom asal Inggris Adam Smith. Inti dari teorinya, orang bebas berusaha sepanjang itu menguntungkan. Ekonomi bebas akan membuat masyarakat jadi makmur. Kok bisa !. Contoh : Harga pokok Rp 500. Dijual Rp 750. Untung Rp 250 (50%). Karena untungnya gede, tetanggapun ikut dagang dengan harga lebih murah. Ujung-ujungnya kalau harga jual sudah mentok/pak pok/BEP, terpaksa Harga Pokok yang diturunkan, istilah kerennya efisiensi biaya produksi. Konsumen untungkan ! Jadi masalah ekonomi bebas tidak bisa dibatasi oleh ruang dan waktu. Dunia tidak selebar daun kelor he he he.
Masalahnya apa donk ! Negara Indonesia yang kita cintai ini, penduduknya 222 juta terbesar di Asean (Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, Kamboja), tapi income perkapitanya USD. 3.661, Rangking 6 dari 10, masih lebih tinggi dari Vietnam, Myanmar, Kamboja dan Laos. Pantas donk ! Itu khan anak kemaren sore he he he.
Kalau datanya seperti itu wajar khan ! Penduduk banyak, jadi susah diatur. Bro. Ente benar, kalau pembandingnya Asean. Tapi kalau kita bandingkan dengan China yang jumlah penduduknya 1,3 milyar income perkapitanya USD 5.200. Kok bisa yaa ! Ayo ngomong-ayo ngomong ! Masih nggak mau kalah ( Draw aja nggak mau, apalagi kalah ). Alasannya sudah ada dalam Al-Quran : Belajarlah sampai ke negeri China (Mr. Reasonable)
Jadi masalahnya apa ? Gue jadi bingung !.
Begini kawan ! Katanya, ini katanya lho ! Kata pengamat yang ada di Tipi. Masalah kita di dalam negeri antara lain : Tidak ada kepastian hukum, ekonomi biaya tinggi, produktivitas rendah, akhirnya kualitas dan harga nggak mecing (jauh panggang dari api) Omong kosong kita diminta mencintai produk dalam negeri he he he. Jadi ! Mengapa perdagangan bebas yang disalahkan ? Itu namanya sakit perut, tapi makan obat sakit kepala, kapan sembuhnya.
Masalah ini pernah ku tanya kepada keluargaku (kebetulan datang kerumah) yang kerja di Departemen Luar Negeri, Dia di bidang Kerjasama Asean, ngerti masalah ini. Waktu itu aku agak emosi. Kok diteken sih ! Negara kita belum siap. Diundur kan bisa ! Begitu aku mencecarnya. Eeee ee e balik aku yang dimarahin. Coba Ayah dengar.
Kerjasama/Perjanjian ini emberionya sudah dimulai tahun 1992, lalu dilanjutkan dengan pembentukan ASEAN Economic Community pada 2003 untuk direalisasikan pada 2015.
Pada 2002 disepakati perjanjian komprehensif kerja sama ekonomi ASEAN-China yang menjadi basis negosiasi ASEAN-China AFTA yang dilaksanakan pada 2004.
Sejak 2004, tarif nol persen terus berjalan dan berlangsung menjadi 8.654 pos tarif yang sudah nol sebelum 2010, jadi selama ini terus berlangsung,

Untuk ASEAN China FTA pada 2010 sebanyak 1.597 pos tarif sehingga total sampai dengan Januari 2010 menjadi 7.306 pos tarif yang menjadi nol persen.
Pengecualian dari kerjasama itu adalah Negara Vietnam, Myanmar, Kamboja dan Laos
Kesimpulannya: Masalah ini sudah lama (tidak ujug-ujug munculnya). Terus Negara kita mau minta mundur ? Disamakan dengan Vietnam, Myanmar, Kamboja dan Laos ? Malu donk ! (Dapat kuliah gratis di meja makan). Banyak lagi yang diomonginnya, ku pikir cukup ini yang ku informasikan.
Sekarang kita balik lagi ke semester awal. Inflasi secara sederhana terjadi karena barang dikit, duit banyak. Obatnya ? Barang ditambah sekalian duit dikurangi (Bunga simpanan dinaikan).
Kalau industry dalam negeri stagnan, barang dari China tidak ada saingan, akhirnya akan masuk semakin banyak. Akhirnya…akhirnya….pikirin sendiri deh. Uda ahhh. Pusing-pusing…. Kok jadi mikirin negara yaaa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar