Selasa, 27 April 2010

Polisi Cepek

Untuk pengendara mobil (sopir) pasti mengenal namanya Polisi Cepek, ada juga yang memberi julukan Pak Ogah. Julukan Pak Ogah mungkin terinspirasi dari serial Film Unyil dimana Pak Ogah selalu meminta uang Cepek untuk setiap jasa yang dilakukannya. Polisi ini biasanya kita temui di perempatan, pertigaan, jalan satu arah yang sangat sempit, jembatan yang hanya dapat dilalui satu mobil atau jalan berlubang.
Tugas Polisi Cepek ini sangat mulia, karena bisa mengatur lalu lintas agar tidak terjadi kecelakaan dan membuat jalan semakin lancar, ini kalau kita lihat dari kaca mata positip. Bisa juga Polisi Cepek menjengkelkan karena seolah-olah dia justru membuat jalan menjadi macet agar dia bisa berfungsi (mendapatkan uang) dari jasa yang diberikannya, begitu kata sebagian orang ha ha ha …
Asal usul Polisi Cepek ini ntah dari mana datangnya, mungkin karena kekurangan Polisi Lalu Lintas atau bisa juga terjadi karena pemuda pengangguran yang lagi iseng.
Dari pengamatanku terhadap keberadaan Polisi Cepek yang setiap hari kutemui, Polisi Cepek yang bertugas pagi tak pernah kutemui di siang atau malam, begitu sebaliknya. Ternyata banyak pelajaran yang bisa diambil dari mereka antara lain: kekompakan, pembagian tugas yang jelas dan mereka menjalankan tugasnya dengan ikhlas, walaupun tidak dikasih uang. Ini pengalaman pribadiku lho …!
Kadang-kadang terngiang dipikiranku, kok bisa kompak ?. Apakah karena mereka senasib, sesama pengangguran ?. Entahlah ! Tanyakan saja pada rumput yang bergoyang (pinjam syair lagu Ebiet G Ade). Seandainya semua sisi kehidupan bisa berjalan seperti ini, alangkah indahnya dunia ini ha ha ha ……

Tip menghadapi Polisi Cepek.

Berpijak dari pendapatku tentang perkejaan mereka yang mulia, aku selalu membuka kaca jendela dan menghidupkan lampu sen untuk menunjukan arah yang kutuju, memberikan senyuman dan kadang-kadang aku memberikan uang. Kalau aku memberi uang selalu kuberikan dengan tersenyum. Apabila tidak memberi, aku mengangkat tangan.
Mengapa tidak selalu memberikan uang ?. Sebenarnya ini adalah taktikku untuk melihat seberapa ihklas mereka membantu. Dari hasil pengamatanku selama ini, khususnya dipertigaan jalan dari dan/atau ke rumah yang kulewati setiap hari, membayar mereka dengan tersenyum juga mendapat balasan senyuman. Pernah suatu kali anakku bertanya. Kok mereka kenal dengan Ayah?. Itulah pertanyaan anakku melihat Polisi Cepek melambaikan tangan sewaktu aku lewat.
Pernah beberapa kejadian yang membuat aku merasa bangga dengan Polisi Cepek ini.
Begini ceritanya.
1. Di suatu pertigaan persisnya di Jalan Raya Bogor, ada seorang Polisi Cepek dengan tampang sangat sangar, bertato diseluruh tangannya (mungkin mantan residivis). Aku memberikan uang sambil menegur dan tos tangannya. Keesokan harinya sewaktu aku lewat, dia menegurku dengan ucapan yang tidak kusangka sama sekali.
Pak. Apa kabar ?. Dari tadi saya menunggu Bapak, begitu katanya. Alhamdulillah……
2. Kejadian lainnya di daerah Situbundo sewaktu aku dan keluarga menyetir mobil ke Bali. Terdapat suatu jembatan darurat yang hanya dapat dilewati oleh satu mobil. Disana terdapat seseorang yang sudah cukup berumur memegang bendera merah mengatur lalu lintas. Sambil menunggu giliran, aku memberikan sebatang rokok dan ngobrol beberapa kata menanyakan mengapa di Jalan Pantura ada jembatan darurat. Bapak itu memberi penjelasan bahwa jembatan yang lama hanyut dibawah air bah. Anda ingat tragedi air bah beberapa tahun yang lalu yang banyak memakan korban ?
Setelah beberapa hari kemudian, aku kembali dari Bali dan melewati jembatan itu lagi. Apa yang terjadi ? Si Bapak itu menegurku. Pak ! Bagaimana perjalanannya ?. Semoga Bapak dan keluarga selamat dalam perjalanan. Begitu doanya. Aminnnn……

Ternyata !. POLISI CEPEK JUGA MANUSIA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar