Sabtu, 24 April 2010

Korean Air dan Bank Mandiri


Tahun 1997 kecelakaan Boeing 747 menghantam Nimitz Hill-pegunungan yang rimbun tiga mil sebelah barat daya bandara Guam. Satu tahun setelah kecelakaan Guam, pesawat jet keluar landasan di Bandara Ulsan, Maret 1998 McDonnel Douglas 83 menabrak tanggul di Bandara Pohang dan April pesawat penumpang jatuh di daerah pemukiman di Shanghai.

Untuk bisa menilai lebih akurat, tingkat “kehilangan” masakapai penerbangan Amerika Serikat yaitu United Airlines di priode 1988 sampai 1998 adalah 0,27 per juta penerbangan, yang berarti mereka hanya kehilangan satu pesawat akibat kecekalaan dalam setiap empat juta penerbangan, sedangkan tingkat kehilangan Korean Air pada periode yang sama, adalah 4,79 per juta penerbangan- sekitar tujuh belas kali lebih tinggi.

Karena sering kecelakaan, Delta Air Lines dan Air France menunda kerjasama dengan Korean Air. Angkatan Bersenjata AS yang menempatkan ribuan pasukannya di Korsel melarang anggotanya naik Korean Air.

Kecelakaan terjadi bukan karena masalah pengetahuan atau keahlian menerbangkan pesawat, tapi karena kekeliruan kerjasama team dan komunikasi, ujar Suren Ratwatte seorang pilot veteran warga Sri Lanka yang bertahun-tahun terlibat dalam penelitian “faktor manusia”

Kecelakaan pesawat milik Kolombia “Aviance thn 1990 dari Medellin Kolombia menuju Bandara Kennedy, New York disebabkan co Pilot membuat “kalimat penghalusan” sehingga diartikan lain oleh petugas Air Traffic Control.

Kekeliruan kerjasama team pada Korean Air sesuai hasil penelitian psikolog Belanda bernama Geert Hofstede dalam buku klasiknya “Curture’s Consequences “terkait dengan Power Distance Index (PDI) Korea Selatan No 2 teratas setelah Brazil. Power Distance dapat diukur dengan mudah dari Bahasa. Bahasa Korea memiliki enam tingkatan yang berbeda yaitu : formal, informal, terbuka, akrab, intim dan datar. Co Pilot tidak berani menggunakan bentuk intim atau akrab dengan Kapten.

Memerangi penghalusan adalah perjuangan terberat maskapai penerbangan komersial dalam 15 tahun terakhir. Setiap Maskapai memiliki pelatihan “Manajemen Sumber Daya Awak Kapal” yang mengajarkan awak kapal junior untuk berkomunikasi dengan jelas dan arsetif, mendebat sang pilot bila dia pikir ada sesuatu yang salah. Cara sederhana memerangi penghalusan adalah menyapa dengan nama depan masing-masing.
Komunikasi yang baik bukan artian memberi perintah tetapi dalam artian memberi dorongan, membujuk, menenangkan, bernegosiasi dan membagi informasi dalam cara paling jelas dan transparan.

Pada saat kecelakaan di Shanghai Presiden Korea Kim Dae Jung memberikan pendapatnya yaitu : “Masalah Korean Air bukanlah masalah perusahaan individu, tetapi masalah seluruh bangsa”. ujarnya. “Kredibilitas Negara kita yang dipertaruhkan”. Luarrrrr biasa.
Korean Air telah merubah dirinya dengan drastis. Di 2006 Korean Air mendapat Poenix Award dari Air Transport World sebagai pengakuan atas transformasinya. Para ahli penerbangan akan mengatakan bahwa Korean Air kini sama amannya dengan maskapai penerbangan yang lainnya di dunia.
Sumber : Buku “Outliers” RAHASIA DI BALIK SUKSES by MALCOLM GLADWELL

Bank Mandiri

Tahun 2009, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) berhasil mencetak kenaikan laba bersih 34,7% menjadi Rp. 7,16 triliun, ketimbang laba 2008 hanya 5,31 triliun. Pertumbuhan itu didukung : fee based income tumbuh 21,7%, kredit naik 13,8%, segmen mikro tumbuh 22,9%. Rekening meningkat dari 271.199 menjadi 430 ribu. Memiliki 811 outlet unit pelayanan khusus untuk segmen mikro. Bunga kredit turun dari 11,60% menjadi 9,29%, DPK (Dana Pihak Ketiga) naik dari Rp 289,1 trilyun menjadi 319,6 trilyun dan Asset naik dari Rp 358,4 trilyun menjadi Rp 394,6 Trilyun.
Kemajuan Bank Mandiri sejak tahun 2005 sampai 2009 diakui oleh lembaga kelas dunia dan Dirut Bank Mandiri Agus Martowardojo meraih pengharagaan The Best Executive in Indonesia/ CEO 2009 oleh Majalah Ekonom Asia Money.

Kemajuan Bank Mandiri disebabkan Transformasi (Perubahan) secara sistematis dan terarah dalam memajukan organisasi yang telah dicanangkan oleh Management Bank Mandiri mulai dari Fase Back on The Track, Fase Outperform the Market dan terakhir sampai dengan Fase Shaping The End Game untuk mewujudkan Bank mandiri menjadi The Regional Champion Bank.

Apabila bangsa Indonesia mau mencontoh Presiden Korea Kim Dae Jung yaitu : “Masalah Korean Air bukanlah masalah perusahaan individu, tetapi masalah seluruh bangsa”, dan “Kredibilitas Negara kita yang dipertaruhkan”, dengan cara “Membongkar Otak Birokrasi” (Rhenal Kasali) tentunya Indonesia Yang Adil dan Makmur bukanlah impian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar