Minggu, 14 April 2013

Manajemen Pengawasan Si Tukang Angon

Setelah musim panen, adalah merupakan waktu terbaik untuk memelihara bebek karena makanan bebek seperti cacing, keong, dan sisa padi disantap bebek sepuasnya tanpa harus dibayar alias gratis. Model peternakan bebek dengan pola berpindah-pindah dari suatu sawah ke sawah lainnya tanpa pulang kekadang banyak terdapat di desa-desa di kawasan Cirebon, Pantura, Tasikmalaya dan lainnya. Pada umumnya bisnis ini adalah kerja sama antara pemilik modal dengan penggembala bebek (Tukang Angon) dengan system bagi hasil atas pendapatan dari penjualan telur. Bisnis peternakan Bebek ini cukup menggiurkan karena pasar telur bebek masih terbuka luas dengan modal yang relatip kecil dibandingkan dengan pendapatan penjualan telurnya. Dari beberapa literature, produksi telur bebek bisa mencapai 60% dari jumlah bebek yang ada dan masa produktifnya bisa mencapai 18 bulan. Keuntungan yang diperoleh sangat mudah dihitung yaitu selisih antara nilai penjualan telur selama masa pemeliharaan dikurangi Modal awal atau harga beli bebek yang sudah bertelur. Secara matematika dapat dibuat rumus sebagai berikut: (Jumlah bebek X 60% X (18 X 30) X Harga Telur per butir) – (Jumlah bebek X Harga) Dari obrolan dengan teman seorang investor Bebek, yang bersangkutan mengeluh atau mencurigai kejujuran si pengembala (Tukang Angon) karena tidak menyetorkan hasil penjualan telur sesuai perhitungan di atas. Adakah solusi untuk mendeteksi kejujuran si Tukang Angon ? Mungkin anda akan sependapat dengan penulis bahwa “Sepanjang bisnis yang digeluti dengan bantuan orang lain, dimana kita tidak bisa mengawasinya, lebih baik bisnis itu tidak dijalankan” karena uang tidak bersaudara. Solusi yang penulis tawarkan adalah sebagai berikut: Hitung keuntungan yang ingin diperoleh, umpama 20%, 50% atau…..% dari Modal awal, sehingga didapat jumlah uang yang akan diterima yaitu 100% + Persentase keuntungan X Modal awal. Kita umpamakan 150% X Rp 5 juta = Rp 7,5 juta. Tawarkan kepada Tukang Angon bahwa apabila dia sudah dapat menyetor hasil penjualan telur sebanyak Rp 7,5 juta maka bebek menjadi miliknya. Kalau begitu si Tukang Angon tidak mau lagi mengembalakan Bebek dimasa yang akan datang karena dia sudah punya Bebek ! Itulah Statement teman Investor tadi. Itu masalah mudah ! Kita sarankan agar bebek itu dijual saja karena sudah tidak produktif lagi. Untuk selanjutnya uang yang diterima dibelikan lagi bebek yang produktif dan buat lagi kerjasama dengan model diatas dengan Tukang Angon yang sama, begitu seterus. Setelah beberapa lama kemudian kami bertemu dengan teman Investor tadi, yang bersangkutan menyatakan bahwa model ini cukup effektif karena membuat si Tukang Angon jadi termotivasi dan Investor tak perlu pusing memikirkan kejujuran si Tukang Angon. Apakah anda tertarik? Silahkan coba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar