Minggu, 14 April 2013

Akar Masalah

Kalau kita amati beberapa solusi yang ditawarkan dari masalah yang dihadapi, menurut pengamatan penulis masih terdapat kemungkinan masalah yang sama timbul lagi di kemudian hari. Sebagai contoh : 1. Penyebab atau Akar Masalah dari prilaku Malaysia yang tidak simpatik dan sering menyinggung kita (Indonesia) karena mereka memandang : a. Indonesia Negeri Koruptor, Juara Dunia Korupsi menurut data Political and Economy Risk Consultancy (PERC), Skor Indonesia 9,27 dalam skala 0-10, di mana 0 berarti sangat bersih, dan 10 sangat korup. b. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang sering membuat onar disana karena : pendidikannya rendah, TKI ke Malaysia mencari jalan dan inisiatif terhadap kebuntuan dan keti dakmampuan pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan di dalam negeri (detik.com Artikel : Akar Permasalahan Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia Oleh Ahmad Hudaifah:Master Student in Economics, Kulliyah of Economics and Management Sciences, International Islamic University Malaysia and Researcher ISEFID Solusi yang tepat adalah : Biaya Pendidikan yang terjangkau. Basmi Korupsi, sediakan Lapangan Kerja di dalam negeri supaya tidak ada lagi TKI yang mencari nafka ke Luar Negeri sebagai pembantu. Kalaupun jadi TKI, tidak jadi pembantu karena sudah berpendidikan/punya keahlian. 2. Kemacetan Jakarta. a. Head Line Kompas pagi ini Sabtu 4 September 2010 : SOLUSI KEMACETAN JAKARTA. SBY Tawarkan Pemindahan Ibu Kota. Presiden SBY menawarkan tiga opsi untuk dikaji: Pertama, membenahi Jakarta, Kedua, Memindahkan Pusat Pemerintahan, tetapi mempertahankan ibu kota di Jakarta, Ketiga, membangun Ibu Kota Baru. b. Mengenai wacana memindahkan ibu kota ke kota lain agar kemacetan Jakarta berkurang, saya kurang sependapat. Bagi saya, sungguh tak mudah memindahkan ibu kota. Jangan bandingkan dengan Malaysia dan Australia yang penduduknya cuma 20 juta jiwa dan areal terbukanya sangat luas (Jusuf Kalla. Jakarta Semestinya Tidak Semacet Ini : Kompasiana 25 Agustus 2010) Penyebab atau Akar Masalah kemacetan di Jakarta sangat kompleks antara lain : 1. Luas kendaraan lebih luas dari jalan yang tersedia dan pertumbuhan jumlah kendaraan lebih tinggi dari jumlah pertumbuhan luas jalan. Pertumbuhan jumlah kendaraan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi di daerah dampaknya ke Jakarta karena orang yang kaya di daerah, beli rumah dan belih mobil di Jakarta disebabkan uang yang dimiliki tidak ada penyalurannya di daerah (pembangunan yang tidak merata). 2. Pemakaian kendaraan pribadi adalah terpaksa karena tidak tersedia angkutan massal yang memadai. Biaya kendaraan pribadi per hari dari hitungan secara kasar adalah Rp 125 ribu dengan asumsi : Mobil Avanza, konsumsi minyak 5 liter perhari + Tol + Parkir + Olie dll. Penulis yakin bahwa sebagian besar pengguna kendaraan pribadi akan bersedia memindahkan biaya yang Rp 125 ribu menjadi biaya angkutan massal sepanjang aman, nyaman dan tepat waktu. Penyelesaian masalah kemacetan Jakarta adalah dengan cara pemerataan pembangunan dan/atau menyediakan sarana angkutan massal yang aman, nyama dan tepat waktu. Penulis berpendapat bahwa masalah apapun, sepanjang solusinya tidak mencabut akar masalah dapat dianalogikan “memotong dahan pohon untuk menghindari daun yang berguguran, besok-besok dahannya tumbuh lagi”. Solusi yang jitu adalah cabut pohon itu sampai keakar-akarnya. Mari belajar pada Pegadaian “ Memecahkan Masalah Tanpa Masalah”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar