Minggu, 14 April 2013

Bandung : Sop Buntut Dahapati

Bondan Winarno pernah mampir kesini dan memberikan kesan ” Sop Buntut Dahapati, Citarasa Kolonial Mak Nyuss dengan rating Bintang 4. Kalau week end, Bandung di penuhi oleh mobil Plat B ,dimana-mana macet, begitu keluhan semua orang tentang situasi Bandung di waktu week end. Mengapa macet ? Mungkin ilustrasi di bawah ini yang ku hitung secara iseng waktu pulang dari Bandung menuju Jakarta dapat menggambarkannya : Macet mulai dari km 80. Terdapat 3 lajur kemacetan 1 mobil mengambil space =10 m,Jumlah Mobil sepanjang 80 KM = 80 X 100 X 3 = 24.000 Waktu tempuh dari KM 80 ke Jakarta adalah 2 jam Kemacetan mulai dari jam 12 s/d jam 10 malam atau 10 jam, Jumlah mobil yang keluar dari Jakarta menuju Bandung =10/2 X 24000 =120000 mobil.Rata2 per mobil 4 org. Mak jumlah orang yang datang ke Bandung = 4 X 120000 = 480.000 orang. Ini asumsi pesimis, Kalau asumsinya beda !. Hitung aja sendiri he he he. Ngapain sich ! Da tau macet kok ke Bandung ?. Macam-macam donk alasannya : ada yang mau ke FO belanja pakaian Branded yang murah meriah. Ada juga dengan tujuan wisata Kuliner karena pilihannnya yang begitu banyak dan sudah terkenal kelezatannya sampai keseantero negeri dan ingin membuktikan maknyusssnya Bondan Winarno yang makan begitu lahap dalam acara Kuliner di Tipi Swasta. Termasuk aku. Korban iklan he he he… Suatu ketika waktu chatting ngobrolin kuliner, temanku warga Bandung situkang makan memberikan informasi: Pak !, di depan Pom Bensin Jalan Cipaganti ada Sop Buntut langgananku sejak doeloe. Enak pisannnnn katanya. Disamping itu, juga ada comment dari teman lainnya yang kuliah di Bandung tahun 1980an : Di rumah itu ada hi hi hi nya lho, maksudnya hantu sambil tertawa ha ha ha…. Pingin buktiin saran teman tadi, ke sanalah (DAPUR DAHAPATI Jl. Cipaganti no. 146 Bandung Ph : 022.204.2751) aku dan keluarga bertandang tuk memanjakan lidah mencicipi menu : Sop Buntut , Sop Buntut Goreng. Salad Dahapati, Ayam Goreng, Gado – Gado, Suasananya begitu asri, serasa makan di rumah sendiri karena Dapur Dahapati itu berada di rumah tua zaman Kumpeni (Belanda) dan meja kursinya sangat antik, semuanya terbuat dari kayu. Disamping duduk di dalam ruangan sambil melihat berbagai lukisan kuno, anda juga dapat mengambil tempat duduk di teras dengan angin sepoi2 sambil memandang kendaraan yang berlalu lalang tak putus-putusnya. Setelah kekenyangan dan susah berdiri menyantap makanan sampai ludes saking enaknya: Sop Buntut. Gado-gado, Ayam Goreng, tahu dan tempe goreng, aku ngobrol dengan pelayannya dan memberikan informasi bahwa rumah makan ini sudah ada sejak 30 tahun yang lalu, dimulai dari rumah sebelah (semacam pavilion) pindah ke rumah ini sekitar 3 tahun yang lalu, begitu penjelasannya. Kalau anda tertarik pingin kesini, siap-siap untuk kecewa karena tempat parkirnya selalu penuh, hanya bisa menampung tak lebih dari 10 mobil, jadi harus datang lebih cepat. Selamat menikmati !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar