Senin, 15 April 2013

Malaikat Jadi Pengamen Di Surabaya

Surabaya adalah kota nomor dua terbesar di Indonesia setelah Jakarta yang berdiri sejak tahun 1293 dengan penduduk +/- 3 juta orang. Dikenal dengan julukan Kota Pahlawan dan identik dengan Bonek (Bondo Nekad).

Saking nekadnya, aku pernah dapat kiriman foto Bonek berbaju hijau bergelantungan di pesawat agar dapat menonton tim kesayangannya “Persebaya” yang main diluar kandang. Masyarakat Surabaya terkenal dengan spontanitas dan kehangatannya dalam pergaulan, anda bisa terkaget-kaget mendengar ucapan mereka dengan logat Suroboyoan yang kental seperti orang lagi berantem karena bila ketemu teman mereka saling bertegur sapa dengan ucapan kata-kata jorok nan melambangkan keakraban.

Beda dengan daerah lain yang penuh tata krama, sambil membungkukkan badan dan suara hampir tak terdengar yang sangat sopan (kromo inggil) “jos pundi kabaripun……..” Yang cukup menarik dan berbeda dengan daerah lain adalah Gubernur Jawa Timur dari doeloe sampai sekarang hanya satu orang. Kalau nggak percaya coba kita tanya kepada PakDe atau BuDe, saking cintanya, mereka taunya bahwa Gubernur Jatim adalah Bapak M. Noer, sedangkan Basofi Sudirman (tak semua laki-laki) dan Gubernur sekarang yang dipilih dua babak seperti sebuah kejuaraan mereka menjawab : beliau bukan Gubernur, tapi pengganti ha ha ha. Kedatanganku ke Surabaya sudah beberapa kali, baik karena urusan keluarga maupun urusan kerjaan dan selalu membawa kesan-kesan yang tak terlupakan seperti : sholat Jumat di Masjid Cheng Hoo pada bangunan yang menyerupai kelenteng (rumah ibadah umat Tri Dharma), wisata kuliner makan “Rawon Setan”, berkunjung ke Museum Sampoerna (House of Sampoerna) yaitu pabrik rokok pertama milik dinasti Sampoerna dengan bangunan berarsitektur Belanda yang dibangun tahun 1862. Dipintu masuk kita disambut oleh bermacam-macam jenis tembakau dengan aroma …….wangi rek… ….. Disini aku bukan akan membahas tempat-tempat yang menarik diatas, tapi adalah salah satu pengalaman yang tak terlupakan, ketika suatu malam perjalananku dari Tunjungan ke rumah kakak di daerah Tandes, Banjar Sugihan melewati jalan Mayjen Sungkono. Aku tersesat masuk komplek perumahan dan setelah mutar-mutar beberapa kali, nggak menemukan jalan keluar. Untuk teman-teman wong Suroboyo, bukan komplek Dolly lho ! ha ha Dalam kebingungan ditengah malam, aku melihat seorang pengamen kira-kira usia SMP sedang ngamen di dalam Komplek tersebut, ku tegur dan kuceritakan tujuanku. Pak!, saya tau daerah yang Bapak maksud, begitu jawabnya. Apa kamu bersedia mengantar dan naik mobil?. Baik Pak, jawabnya. Di dalam mobil sepanjang perjalanan kami bercerita kesana kemari. Singkatnya, aku sampai dirumah kakak berkat bantuan si Adik pengamen tadi. Sesampai di rumah ku ceritakan kepada kemenakanku bahwa dalam mobil aku ditemani seorang pengamen.  Om kok berani ?. Orang tak dikenal kok dinaikan ke mobil ?. Hati-hati lho !. Aku jawab bahwa si Pengamen itu adalah Malaikat yang diutus Allah tuk membantuku. Alhamdulillah…. Dik, terima kasih yang terhingga atas bantuanmu. Semoga tercapai apa yang dicita-citakan. Aminnnn

Tidak ada komentar:

Posting Komentar