Jumat, 28 Mei 2010

SEMALAM DI BUKITTINGGI Part II






Malam hari kami makan Martabak Kubang di sebuah Kedai yang terletak di depan Hotel, memakai jacket untuk melawan udara sejuk berkisar antara 16,10 – 24,90 karena secara geografis Bukittinggi terletak pada ketinggian 909 – 941 meter di atas permukaan laut, dikelilingi tiga gunung berapi yaitu Gunung Singgalang, Gunung Marapi dan Gunung Sago.
Mungkin dari sini inspirasi lagu “Kampung Nan Jauah di Mato”
Panduduknyo nan Elok
Gunung sansei (banyak) bakuliliang…….
Entalah……
Esok hari (Minggu) kami jalan kaki ke Taman Panorama melihat keindahan pemadangan Ngarai Sianok dan masuk ke Lobang Japang yaitu gua bekas persembunyian tentara Jepang sewaktu Perang Dunia II. Anak tangga di Lobang Japang ini berbeda jumlahnya bila dihitung dari atas dengan dihitung dari bawah. Tak percaya ! Silah datang he he he..

Perjalanan diteruskan ke Kebun Binatang melihat replika Rumah Gadang yang berfungsi sebagai museum kebudayaan Minangkabau dan benteng Fort de Kock dilengkapi dengan empat meriam kecil di keempat sudut. Dibangun semasa Perang Paderi pada tahun 1825 oleh Kapt. Bauer. Museum dan benteng dihubungkan oleh Jembatan Limpapeh di atas Jalan A. Yani yang merupakan jalan utama di kota Bukittinggi

Sekitar jam 10.00, kendaraan kami meluncur menuju Padang Panjang dan mampir membeli Bika Si Mariana yang terbuat dari santan, tepung beras, gula merah, di panggang di atas tungku api dan di bungkus dengan daun jati. Kalau lebaran, gara-gara Bika ini, Jalan Padang – Bukittingi sepanjang 98 Km menjadi macet total. Maknyussss ……..

Dari Padang Panjang belok kiri dan kami sampai di Danau Singkarak yang begitu luas, terletak pada dua wilayah Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Jalan raya ditepi danau sepanjang 22 KM menghubungkan Padang Panjang - Solok dan dari danau inilah asal ikan “Bili” , konon ikan ini hanya satu-satunya dunia.

Setelah melepas lelah di pinggir danau, perjalanan menuju Padang melalui si Tinjau Lawik, pegunungan Bukit Barisan untuk menikmati pemandangan yang begitu indah diselingi oleh debu yang berasal dari Pabrik Semen Padang. Kalau anda tergolong penakut, lebih baik pejamkan mata karena jalan yang berkelok-kelok dan disisinya jurang mengangah sedalam ratusan meter.

Puas berjalan dipegunungan, target terakhir adalah batu Malin Kundang di pantai Air Manis. Rasanya tak perlu diceritakan legenda batu Malin Kundang ini karena anda mungkin lebih tahu dari pada saya ha ha ha…

Para penumpang pesawat Air Asia tujuan Jakarta dengan nomor penerbangan….dipersilahkan naik pesawat. Diatas pesawat kami tertidur pulas karena sepanjang perjalanan mata tak berkedip, sayang menyia-nyiakan pemandangan yang begitu indah dan elok.

Sungguh, sebuah perjalanan yang sangat mengesan....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar