Kamis, 27 Mei 2010

SEMALAM DI BUKITTINGGI


Pak, ada ticket pesawat murah Jakarta-Padang, hanya Rp 250 ribu pulang pergi. Bapak jadi guide ya ! Ok ok, jawabku. Dalam beberapa detik terdaftar 8 orang (4 pasang) teman kantorku yang membeli ticket secara online dengan jadwal penerbangan 6 (enam) bulan yang akan datang.
Pada hari H, nama yang berangkat tidak sesuai dengan yang tertera pada ticket karena mutasi ke daerah, terpaksa KTPnya dipinjam. Untung nggak ketauan waktu check in ha ha ha.
Sabtu jam 7 pagi pesawat take off menuju Bandara International Tabing dan mendarat jam 8.30. Pantesan di Padang nggak ada terjun payung, takut nyangkut di atap yang lancip ya! Ha ha ha begitu komentar teman2 saat berfoto-foto setelah mendarat karena dari atas pesawat melihat bangunan Bandara dengan arsitektur Rumah Gadang.

Dalam perjalanan menuju Bukittinggi kami mampir di Air Terjun Lembah Anai,. Asyikkk, dingin, dingin teriak teman2ku sambil berfoto. Ternyata Gue sampai juga di sini, selama ini hanya melihat di TV, kata temanku dengan logat Betawinya yang kental. Pak, pak kita foto ramai-ramai teriak centil cewek-cewek kepada Bapak asal Betawi. Nggak mau ramai-ramai. Gue hanya mau berfoto berdua Reflus. Ternyata Bapak itu minta izin kepada istrinya dengan alasan mau On The Spot. Ha ha ha ha……

Kurang lebih 5 menit perjalanan dari Air Terjun, kami mampir makan Sate Mak Syukur di Padang Panjang. Rasanya????? Nggak usah diceritain, Presiden aja makan di sini boooo !
Rasanya beda, cara penyanjiannya beda, ketupat setelah disiram kuah kuning warna kunyit dihidangkan terpisah dengan dagingnya. Udo-Udo, tambuah ciek, teriak temanku asal Madura sambil makan sate ditemani kerupuk Jangek (Kerupuk kulit). Tak terhitung berapa tusuk sate yang dimakannya dan berlembar-lembar kerupuk jangek disantapnya. Sekarang aku baru tau mengapa dari tadi Pak Reflus ngelarang kita makan.
Onde mande…..

Setelah kenyang makan Sate Mak Syukur, perjalanan di teruskan ke Danau Maninjau melewati kelok 44 (Ampek puluah Ampek). Doeloe aku pernah kesini, tapi nggak berani sampai ke Danau, takut, takuttttt. Statement seorang cewek melihat angka 10. (Kelok ke 10). Jalannya sangat terjal, tapi kali ini dia bisa mencuci tangan dan memegang ikan dalam kerambah di Danau Maninjau.
Menurutku keloknya lebih dari 44. Nomor kelok hanya tertulis pada kelokan 90 derajat. Kalau semuanya dinomorin, aku pikir keloknya mungkin ada seratus. Begitu celetuk cewek asal Tangerang waktu kami minum teh di pinggir Danau Maninjau.

Sekitar jam 14.30, kami berbalik arah dari Danau Maninjau menuju kota Bukit Tinggi. Setelah Chek In, kami jalan kaki dari Hotel menuju Jam Gadang, sebuah landmark di ketinggian jantung kota Bukittinggi berbentuk jam besar mirip Big Ben, yang merupakan simbol kota Bukittinggi.

Setelah memandangi Jam Gadang dan berfoto-foto tak lupa kami mencicipi Nasi Kapau “Uni Lis” (wisata kuliner) di Los Lambuang - Pasar Lereng.
Hai kawan ! Kalau orang Padang pulang dari rantau, tak makan disini berarti belum pulang kampong, menteri aja makan disini booo. Rasa, bentuk penyajian dan suasananya tidak akan pernah anda temui di tempat lain.
Makanan disajikan seperti tangga (bertingkat). Uni Lis berdiri di atas, dengan cekatan mengambilkan makanan yang jauh dari jangkauannya memakai sendok yang begitu panjang ( +/- 2 meter) , kita duduk di bangku panjang di depan hidangan sambil menengadah melihat keunikannya, sementara pengunjung lain berdiri di belakang kita. Jangan lupa anda memesan cindua langkok (cendul dicampur emping beras pulut) disamping nasi kapau oleh penjual yang berbeda.

Kenyang makan nasi Kapau, kami bergeser ke Pasar Ateh melalui pedagang : Kerupuk Sanjai, Kacang Tojin dan makanan khas lainnya untuk belanja kerajinan Bodir yang sudah terkenal sampai ke Manca Negara. Uni, Uda. Masuaklah !. Apo yang dicari ? Barangnyo rancak. Harganya murah, bujuk pedagang seperti di Tanah Abang ha ha ha
Bersambung…….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar