Rabu, 01 Mei 2013

Kelirumologi Menimpa Kompas

Kelirumologi juga didefinisikan oleh ”Jaya Suprana” sebagai kebenaran yang berasal dari kekeliruan, artinya, kalau semua orang menerima yang keliru, maka yang keliru itu menjadi benar.

Kompas, Surat Kabar yang terbit sejak 28 Juni 1965 dengan semboyan “AMANAT HATI NURANI RAKYAT” , nenek moyang beberapa media di Indonesia ( termasuk KOMPASIANA, bayi mungil nan montok, sehat dan ceriwis),  keliatannya sudah mulus putus asa dan keluar dari pakemnya.  Bisa jadi karena Kompas bingung menjawab : RAKYAT YANG MANA?. Mencontoh Pertanyaan yang merupakan Jawaban pihak yang menjadi sasaran demontran ha haha.

Kunjungan Mendagri ke Redaksi Kompas hari Rabu tanggal 21/7.2010 yang merupakan curhat Mendagri atas sistem Pilkada yang sedang diterapkan, dilaporkan Kompas dalam rubrick HUKUM & POLITIK, dengan judul seadanya. Menurut hemat penulis hasil kunjungan itu seharusnya ditempatkan dalam rubrik BISNIS & KEUANGAN karena yang dibahas oleh Mendagri hitung dagang dengan tujuan utamanya adalah Laba/Keuntungan. Gaji Gubernur sebesar Rp 8,7 juta perbulan bila dihubungkan dengan biaya kampanye sebesar Rp 15 miliar, kapan modal bisa kembali ??????. Inilah kemungkinan besar membuat pemerintahan yang bersih dan berwibawah sulit diterapkan.

Kalkulasi yang dikemukakan sangat sederhana, sama dengan kalkulasi Pedagang di Tanah Abang sehingga bisa dipahami oleh anak SD yang baru belajar berhitung, tidak perlu pakai kalkulator, tidak minta bantuan Microsoft Office Excel dan tidak ada sampling error he he he.

Kekeliruan lainnya yang cukup menggelitik adalah kesimpulan dari hasil pertemuan yaitu “Kemesraan Cepat Berlalu”, cuplikan lirik  lagu Kemesraan. Ini terjadi karena perbedaan kepentingan antara Kepala Daerah yang harus menutupi biaya kampenye begitu besar  dengan keingianan rakyatnya, sehingga Rumusnya menjadi:
Politik & Hukum  X Bisnis & Keuangan = Seni.
Kembali kepada penempatan laporan hasil pertemuan yang keliru, sedangkan yang dikemukakan Mendagri adalah pemecahan masalah dengan hitung-hitungan (Ilmu Pasti) yang tidak bisa diperdebatkan, membuat pembaca matanya terbelalak dengan sejuta pertanyaan. Ternyata begini toch ?
Ilustrasi/Admin
Ilustrasi/Admin
Untuk menjawab sejuta pertanyaan diatas dan menindaklanjuti hasil kunjungan Mendagri tersebut, dua hari berturut-turut (Jumat dan Sabtu) Head Line Kompas adalah “Paradoks Biaya Politik Mahal” dan “Biaya Pilkada Rp 15 Trilyun” dilengkapi dengan beberapa artikel antara lain : TAJUK RENCANA “Terjebak Politik Dagang” dan OPINI “Anomali Pilkada”
Walaupun menjadi Head Line, sasaran tembak pemberitaan yaitu Koruptor, meraka dengan prinsipnya ” Walapun anjing menggonggong, kafila tetap berlalu”, membuat Kompas kembali putus asa.  Berita ”Indek Korupsi Indonesia tetap juara satu”,  di muat sebelah kiri atas, halaman kiri pula, artinya sama dengan berita sambil lalu karena halaman kiri lebih sedikit dilirik dibandingkan halaman kanan. Itu kata si pemasang iklan.
Begitu juga dengan berita Gubernur Sumut yang menginap di Hotel Prodea dan dijenguk oleh petinggi Partai,  juga diberitakan ala kadarnya. Padahal sangkaan KPK Gubernur itu terlibat Korupsi. Mengapa Kompas demikian ?, menganggap Korupsi tidak perlu dibasmi ?
Pemuatan berita-berita di atas, mungkin juga disengaja oleh Kompas agar lebih mendapat perhatian atau karena Kompas sudah terpengaruh oleh sebuah buku berwarna hitam yang berjudul Naskah-Naskah KOMPAS oleh Jaya Suprana sebanyak 69 judul,  yang dimuat Kompas sejak tahun 1983 s/d 2009. Isi dari naskah-naskah tersebut adalah paham ‘kelirumologi” yaitu pemecahan persoalan secara keliru tapi hasilnya manjur.
Kelirumologi juga didefinisikan oleh ”Jaya Suprana” sebagai kebenaran yang berasal dari kekeliruan, artinya, kalau semua orang menerima yang keliru, maka yang keliru itu menjadi benar.
Rumus matematikanya:
Kelirumologi  (Negatif) X Kelirumologi (Negatif) = Positif
Apakah demikian juga dengan Korupsi ? Kalau sebagian besar orang Korupsi maka Korupsi menjadi benar atau syah ?
Apakah anda termasuk golongan orang keliru ?. Sudah barang tentu Ya !
Karena anda telah membaca tulisan yang isinya keliru, keliru dan keliru he he he